Tahun baru, semangat baru, sebelum masuk kepada inti tulisan ini, kami segenap redaksi Exploid mengucapkan Selamat Tahun Baru 2019 kepada seluruh pembaca Exploid! Semoga tahun menjadi tahun yang baik bagi kita semua.
Mungkin tulisan ini agak sedikit melenceng dari kebanyakan tulisan kami yang lain, namun kami tertarik untuk membahas film tersebut dikarenakan ini adalah film horror pertama di Indonesia yang mengadaptasi judul game dari judul yang sama, yaitu Dreadout.
Film Dreadout mengambil latar waktu prekuel dari game Dreadout, film ini mengisahkan tentang sekelompok remaja SMA yang memasuki gedung tua demi meraih popularitas di dunia maya, remaja SMA tersebut beranggotakan Linda, Erik, Dian, Beni, Jessica dan Alex. Linda sendiri perankan oleh artis muda berbakat tanah air, yaitu Caitlin Halderman. Tidak ketinggalan film ini juga diperankan salah satu atlet esport nasional yang berperan sebagai salah satu cameo.

Saat mengeksplorasi gedung tua tersebut sambil melakukan livestream di sosial media milik Jessica, sekelompok anak SMA tersebut menemukan kamar terlarang, tanpa sengaja, Linda membaca mantra berbahasa sunda kuno yang mana mantra tersebut ternyata membuka portal ke alam lain, dan di sini lah petaka tersebut dimulai.
Film ini mencoba tetap mencoba untuk mempertahankan unsur-unsur yang menjadi ciri khas gamenya, seperti nuansa Sunda Kuno yang erat, simbol-simbol yang dianggap memiliki unsur magis di dalam game-nya pun juga tetap dihadirkan. Salah satu yang sangat memorable pada game-nya dan juga filmnya adalah hadirnya Red Lady yang diperankan oleh Rima Melati, serta logo ular yang membentuk segitiga dan dikelilingi aksara kuno. Hantu Pocong yang terkenal membawa sabit dan tidak meloncat-loncat juga turut ada, namun film ini tidak menghadirkan sosok kuntilanak yang menjadi ikon dari game ini.
Sama seperti game-nya, Linda di sini akan mengalahkan para makhluk-makhluk magis dari alam lain dengan menggunakan kamera ponselnya. Meskipun di film ini berlatar prekuel dan “katanya” akan menjawab asal usul Linda mampu mengalahkan musuhnya menggunakan ponselnya, kami tidak merasa asal usul tersebut terjawab. Malahan, kami melihat pengulangan adegan filmnya persis dengan premis awal yang ada pada game-nya.
Kesimpulan akhir review ini adalah film tersebut cukup menghibur dan mencekam, serta berhasil menghadirkan elemen horror yang kental pada gamenya, mengingatkan kita kembali akan premis awal dari gamenya. Namun, film ini juga memiliki kekurangan, salah satu kekurangan yang menonjol pada film ini adalah intonasi dialog yang kurang jelas untuk di dengar.
Film yang disutradarai dan ditulis oleh Kimo Stamboel ini resmi tayang pada tanggal 3 Januari 2019 untuk publik. Kimo Stamboel juga Menggaet CJ International untuk memasarkan film ini ke pasar internasional.